• Washington DC
Follow Us:

Direktur Eksekutif Pusat Studi Uyghur Angkat Suara di Forum Senat Amerika Serikat Mengenai Serangan PKT terhadap Kebebasan Beragama

Assalamualaikum,

Halo semuanya,

Nama saya Abdulhakim Idris dari Pusat Studi Uyghur.

Hari ini, saya ingin memberikan pembaruan tentang salah satu tragedi hak asasi manusia terbesar di zaman kita: perang yang semakin intensif yang dilancarkan Partai Komunis Tiongkok terhadap keyakinan agama, khususnya terhadap rakyat Uyghur.

Dalam beberapa pekan terakhir, Xi Jinping sendiri mengunjungi wilayah Uyghur. Ia sekali lagi memuji genosida yang sedang berlangsung dan menginstruksikan pejabat lokal untuk melanjutkan “sinifikasi” keyakinan Islam agar sesuai dengan ideologi Partai Komunis.

Partai Komunis Tiongkok terus mengkriminalisasi setiap aspek agama—merusak masjid, menghapus pendidikan Islam, dan bahkan melarang bahasa Uyghur di sekolah—sehingga generasi baru tumbuh tanpa hubungan dengan warisan, keyakinan, dan identitas mereka.

Pada saat yang sama, CCP bekerja tanpa henti untuk menyembunyikan kejahatan ini. Partai ini mensponsori “tur genosida,” mengundang delegasi—seringkali dari negara-negara mayoritas Muslim—untuk mengunjungi wilayah tersebut dan mengulang propaganda Beijing. Tur-tur yang direkayasa ini dirancang untuk menipu dunia, membungkam kebenaran, dan menyembunyikan genosida.

Sayangnya, sebagian besar negara mayoritas Muslim, termasuk Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan banyak negara di Selatan Global, mengabaikan penderitaan Uyghur dan berpihak pada Tiongkok Komunis.

Suku Uyghur terus menghadapi penahanan massal, kerja paksa, dan penghancuran budaya mereka. Partai Komunis Tiongkok takut pada kebebasan beragama karena takut pada kebenaran itu sendiri.

Suku Uyghur diaspora menghadapi penindasan transnasional yang kejam oleh Partai Komunis Tiongkok. Baru-baru ini, Tiongkok menunjuk Chen Xiaojiang, mantan wakil direktur Departemen Kerja Front Bersatu Tiongkok, sebagai kepala wilayah Uyghur. Dia sedang membangun jaringan kamp konsentrasi global yang menakutkan bagi Uyghur diaspora. Sebagai komunitas Uyghur diaspora, kami menghadapi tangan panjang Tiongkok dan ditinggalkan untuk berdiri sendiri.

Kami harus memastikan bahwa tragedi Uyghur tidak diabaikan. Kami tidak boleh membiarkan teriakan jutaan orang dibungkam. Kami harus mengangkat suara kami lebih keras. Kita harus mendesak pemerintah, organisasi, dan individu di seluruh dunia untuk mengambil tindakan nyata: dengan menuntut transparansi, menantang propaganda, dan mendukung Uyghur yang masih berjuang untuk kebebasan dan martabat mereka.

Hari ini menandai hari ke-3.079 sejak saya terakhir berkomunikasi dengan ibu tercinta saya. Hingga hari ini, saya tidak memiliki informasi tentang keluarga saya kecuali ayah saya, yang meninggal pada awal 2023. Saya menerima kabar kematiannya tujuh bulan kemudian.

Penderitaan ini sangat besar, tetapi bahkan tindakan solidaritas yang kecil pun dapat membawa harapan. Bersama-sama, kita dapat membuat situasi sedikit lebih mudah bagi rakyat Uyghur, dan bersama-sama, kita dapat membuktikan bahwa keadilan dan martabat manusia akan selalu bertahan lebih lama daripada penindasan.

Terima kasih.

Ulama Muslim terkemuka, Syekh Abdullah Bin Bayyah, tengah berbicara dalam diskusi meja bundar.

Post navigation

Copyright Center for Uyghur Studies - All Rights Reserved