• Washington DC
Follow Us:

Penganiayaan terhadap Muslim Uyghur oleh Tiongkok: Lebih dari Sekedar Islamofobia

Siaran Pers CUS

Untuk Rilis Segera

15 Maret 2025

Contact@Uyghurstudy.org

Uyghurstudy.org

Puasa selama bulan Ramadan bukan hanya sebuah tindakan pengabdian; ini adalah ekspresi mendalam dari iman, ketahanan, dan persatuan – sebuah tindakan pembangkangan terhadap penindasan, sebuah pernyataan keyakinan yang kuat dalam menghadapi tirani. Bagi umat Islam di seluruh dunia, ini adalah waktu pembaruan spiritual dan solidaritas komunitas. Namun bagi Muslim Uyghur di Turkistan Timur (alias Xinjiang), tradisi suci ini telah dikriminalisasi oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), mengubah salah satu ibadah yang paling dihormati menjadi ancaman bagi eksistensi mereka. Tindakan kejam PKT terhadap kebebasan beragama Uyghur, yang dirancang untuk membasmi keyakinan dan budaya mereka, bukan hanya tragedi regional – ini adalah peringatan global, sebuah pengingat akan kebangkitan Islamofobia yang berbahaya. Pada Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia (15 Maret), kita harus bergerak lebih dari sekadar merenung dan mengambil tindakan terhadap pelanggaran berat PKT terhadap kebebasan beragama.

Muslim Uyghur – terutama para pegawai pemerintah, pelajar, dan guru – dipaksa untuk berbuka puasa, melanggar keyakinan agama yang mereka anut di bawah pengawasan ketat rezim yang menindas. Hanya karena dicurigai berpuasa, mereka bisa diinterogasi, dilecehkan, dan ditangkap. Apa yang dulunya merupakan tindakan sakral dalam keyakinan kini telah menjadi tindakan pembangkangan diam-diam – sebuah tindakan perlawanan terhadap rezim yang bertekad untuk menghapus keyakinan, identitas, dan budaya mereka.

Serangan brutal terhadap kebebasan beragama ini merupakan bagian dari kampanye sistematis yang lebih luas oleh PKT untuk menghapus keberadaan budaya dan keyakinan Uyghur – mulai dari pembakaran kitab suci Al-Quran, penghancuran masjid, asimilasi paksa, penahanan massal, kerja paksa, sterilisasi paksa, dan pemisahan keluarga yang mengerikan. Dalam menghadapi penindasan tanpa henti ini, Muslim Uyghur dihadapkan pada pilihan yang tak terbayangkan: mengkhianati keyakinan mereka atau menanggung penganiayaan, pemenjaraan, dan yang lebih buruk lagi. Perjuangan global untuk kebebasan beragama tidak dapat dipisahkan dari penderitaan mereka. Ini bukan hanya masalah Uyghur, ini adalah masalah hak asasi manusia yang menuntut perhatian dan tindakan internasional yang mendesak dan tak tergoyahkan.

Pada tanggal 15 Maret, Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia, kita diingatkan kembali akan gelombang Islamofobia yang gelap dan terus meningkat, ketakutan, kebencian, dan prasangka yang tidak rasional terhadap Muslim Uyghur.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh Islamofobia bersifat fisik dan budaya. Muslim menjadi sasaran pelecehan dan diskriminasi yang semakin meningkat di sekolah, tempat kerja, dan ruang publik. Apakah itu Muslim Uyghur yang mengalami penganiayaan agama di Turkistan Timur atau Muslim di komunitas kita sendiri yang menghadapi kebencian dan prasangka, kita harus menghadapi tantangan ini.

“Pada tanggal 15 Maret ini, saat kita memperingati Hari Internasional untuk Islamofobia, kita harus menerjemahkan pengakuan kita atas ketidakadilan ini menjadi tindakan yang berani dan bermakna. Namun, sebagian besar negara Muslim masih dibutakan oleh perang Tiongkok terhadap Islam di Turkistan Timur. Namun, kami tetap menuntut agar para pemimpin dan pemerintah dunia, terutama negara-negara Muslim, mengambil tindakan tegas untuk meminta pertanggungjawaban PKT atas kejahatannya terhadap Muslim Uyghur dan semua komunitas yang teraniaya. Mari kita berdiri bersama-bukan dalam diam, tetapi dalam tindakan. Jangan menjadi munafik dalam menyikapi tragedi ini – akui apa yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap Muslim Uyghur. Perjuangan Uyghur untuk kebebasan beragama dan perjuangan global melawan Islamofobia bukanlah perjuangan yang jauh; ini adalah perjuangan kita semua, sebagai umat manusia. Pada tanggal 15 Maret ini, mari kita tunjukkan bahwa kita tidak akan tinggal diam dalam menghadapi genosida. Kita harus memperjuangkan martabat, hak asasi manusia, dan kebebasan semua Muslim di mana pun. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang.” Kata Direktur Eksekutif Abdulhakim Idris.

Perjuangan melawan Islamofobia dan penindasan yang dihadapi oleh Muslim Uyghur bukanlah perjuangan untuk satu komunitas saja – ini adalah perjuangan untuk keadilan, hak asasi manusia, dan kebebasan beragama bagi semua orang yang memiliki keyakinan. Masyarakat internasional harus bersatu untuk menghadapi ancaman global yang terus meningkat ini. Pemerintah, lembaga-lembaga keagamaan, masyarakat sipil, dan individu harus berdiri untuk membela kebebasan beragama – tidak hanya untuk Muslim, tetapi juga untuk semua orang yang memiliki keyakinan.

Post navigation

Copyright Center for Uyghur Studies - All Rights Reserved