Tanggal 8 Mei 2025
Center for Uyghur Studies (CUS), bekerja sama dengan OIC Youth Indonesia, baru-baru ini mengakhiri tur advokasi yang sukses di seluruh Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang genosida dan penganiayaan agama yang sedang berlangsung terhadap etnis Uyghur di Turkistan Timur. Tur yang dipimpin oleh Direktur Eksekutif Abdulhakim Idris ini mencakup pertemuan strategis dengan anggota parlemen Indonesia, pemimpin agama, akademisi, pemimpin pemuda, dan mahasiswa di beberapa kota besar.
Jakarta: Pertemuan Meja Bundar dengan Kaum Muda dan Kunjungan ke Parlemen
Upaya advokasi dimulai pada tanggal 28 April di Jakarta, di mana Direktur Eksekutif bergabung dalam sebuah diskusi meja bundar di Jakarta, Indonesia, dengan para pemimpin pemuda dari berbagai LSM dan organisasi kepemudaan di Indonesia. Beliau berbagi wawasan langsung tentang penderitaan Muslim Uyghur dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang genosida dan penganiayaan agama yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap Uyghur. Para pemimpin pemuda menyatakan solidaritas yang kuat dan menjanjikan dukungan mereka untuk orang-orang Uyghur.
Pada tanggal 30 April, delegasi dari Pusat Studi Uyghur mengunjungi DPR RI bersama tim OIC Youth Indonesia. H. Jazuli Juwaini, anggota DPR RI sekaligus Ketua F-PKS DPR RI, bersama anggota DPR RI Habib Idrus Aljufri. Abdulhakim Idris memberikan penjelasan mengenai situasi terkini Muslim Uyghur dan meminta dukungan serta solidaritas mereka. Pertemuan tersebut termasuk sesi tanya jawab yang berfokus pada pelanggaran hak asasi manusia, persekusi agama, dan genosida yang dilakukan oleh Tiongkok.
Kedua anggota parlemen menyuarakan keprihatinan mereka dan menyatakan solidaritas yang jelas terhadap perjuangan Uyghur.
Yogyakarta: Dialog Mahasiswa tentang Krisis Uyghur
Pada tanggal 2 Mei, Abdulhakim Idris mengunjungi Yogyakarta, di mana ia mengadakan dialog mahasiswa dengan lebih dari 50 mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah, Universitas Islam Negeri, dan institusi lokal lainnya. Diskusi interaktif ini menyoroti krisis Uyghur, perang Tiongkok terhadap Islam, dan peran pemuda dalam solidaritas internasional. Para mahasiswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis dan menyampaikan dukungan tulus mereka terhadap perjuangan Uyghur.
Medan: Seminar Internasional tentang Krisis Uyghur dan Islamofobia
Salah satu sorotan utama dari tur ini adalah seminar internasional yang diselenggarakan bersama oleh CUS dan diselenggarakan di Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah (UMN) di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 5 Mei. Bertajuk “Kekejaman dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Tengah Islamofobia: Krisis Uyghur,” seminar ini dihadiri lebih dari 100 mahasiswa dan staf pengajar dan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, lagu mars universitas, pembacaan ayat suci Al Qur’an, dan doa pembuka.
H. M. Jamil, M.A., Rektor UMN, menyambut para peserta dengan seruan yang kuat untuk persatuan umat Islam, menghubungkan penderitaan orang-orang Uyghur dengan perjuangan global lainnya untuk keadilan.
Astrid Nadya Rizqita, Presiden OIC Youth Indonesia, melanjutkan dengan pidato pembukaan yang mendorong solidaritas yang dipimpin oleh kaum muda untuk Uyghur.
Hasan Asari, Dosen UIN Sumatera Utara, Dr. Nelvitia Purba, Dosen UMN.
Dalam sambutannya, Idris menguraikan situasi terkini di Turkistan Timur, menjelaskan kampanye Tiongkok untuk menghapus identitas dan agama Uyghur, dan mendesak solidaritas Muslim global.
Prof. Asari memberikan analisis akademis mengenai akar ideologis Islamofobia dan mekanisme penindasan agama di Tiongkok. Dr. Purba membahas dinamika Islamofobia yang lebih luas dan bagaimana hal tersebut bersinggungan dengan krisis Uyghur.
H. Masyhuril Khamis, S.H., M.M., Ketua Umum Al Jam’iyatul Washliyah, yang menyatakan solidaritas yang kuat terhadap Uyghur dan menyerukan kepada para mahasiswa untuk menjadi pembela yang terinformasi.
Jakarta: Pertemuan dengan Menteri Agama
Perjalanan advokasi diakhiri pada tanggal 6 Mei di Masjid Istiqlal di Jakarta, di mana Abdulhakim Idris bertemu dengan Imam Nasaruddin Umar, Menteri Agama Indonesia dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Abdulhakim mengucapkan selamat atas pengangkatannya baru-baru ini dan menyampaikan penjelasan singkat tentang penganiayaan agama yang dilakukan oleh Tiongkok terhadap Uyghur.
Pusat Studi Uyghur berterima kasih kepada para mitra dan tuan rumah di Indonesia dan berharap dapat berkolaborasi lebih lanjut dalam memajukan hak asasi manusia dan kebebasan beragama.
Sejak tahun 2022, Pusat Studi Uyghur telah melakukan kampanye advokasi strategis di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran tentang krisis Uyghur. Sebagai bagian dari upaya ini, CUS telah mengembangkan dan mendistribusikan materi pendidikan dalam bahasa Indonesia, termasuk buklet Turkistan Timur dan Uyghur, sebuah laporan tentang Islamofobia di Tiongkok, sebuah publikasi baru tentang penderitaan Uyghur, dan laporan terbaru tentang sistem sekolah asrama di Tiongkok yang menyasar anak-anak Uyghur. CUS juga mengoperasikan situs web khusus berbahasa Indonesia dan menjalankan kampanye media sosial yang aktif untuk menjangkau khalayak yang lebih luas di Indonesia. Melalui kemitraan dengan organisasi lokal, CUS telah memberdayakan jaringan mahasiswa, pemimpin pemuda, dan aktor masyarakat sipil di seluruh Indonesia, untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam dan solidaritas dengan masyarakat Uyghur.
Copyright Center for Uyghur Studies - All Rights Reserved