• Washington DC
Follow Us:

Situs-Situs Sejarah Islam di Wilayah Uighur

Wilayah Uighur yang terletak di Asia Tengah sejak berabad-abad silam telah menjadi persimpangan berbagai budaya dan agama. Keberagaman keyakinan dan praktik agama menjadi bukti akan kekayaan sejarah bangsa Uighur dan bukti terjadinya proses saling mewarnai dan integrasi antara budaya asing dan budaya local. Sepanjang sejarahnya, kebudayaan Uighur yang muncul dari budaya hidup mengembala dan nomaden telah berevolusi melalui pengaruh beragam kelompok etnik dan agama terutama Islam.

Islam masuk ke kawasan Uighur mulai abad ke-7 dan berlangsung selama beberapa abad melalui perdagangan, penaklukan, dan dakwah. Wilayah Uighur, yang kini berada dalam control Tiongkok, dulunya adalah persimpangan penting di Jalur Sutra, yang menghubungkan Timur Tengah, Asia Tengah, dan Tiongkok. Sejak penyebarannya, Islam terus menjadi bagian integral dari identitas Uighur. Wilayah ini menjadi pusat perdagangan, budaya, dan keagamaan yang penting di Asia Tengah. Hingga kini, Islam tetap menjadi bagian penting dari identitas dan budaya Uighur, meskipun menghadapi tantangan yang cukup berat terutama sikap represif pemerintah Tiongkok yang menindas dan membatasi ekspresi keberagamaan bangsa Uighur.

Wilayah Uighur, terutama Xinjiang, memiliki banyak situs sejarah Islam yang penting. Wilayah yang mayoritas penduduknya adalah Muslim ini memiliki warisan budaya dan agama yang cukup kaya. Berikut beberapa situs sejarah Islam di Uighur yang terkenal:

1. Masjid Id Kah

Masjid Id Kah di Kashgar (sumber gambar: islamicarchitecturalheritage.com)

Masjid Id Kah di Kashgar adalah masjid terbesar dan salah satu yang paling penting di Tiongkok, khususnya bagi komunitas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang. Masjid ini terletak di pusat kota Kashgar, sebuah kota yang memiliki sejarah panjang sebagai pusat perdagangan di Jalur Sutra. Masjid Id Kah didirikan pada tahun 1442 oleh Shakesimirzha, seorang penguasa lokal, namun kompleks masjid telah diperluas dan direnovasi beberapa kali sejak saat itu. Masjid ini memiliki sejarah lebih dari 500 tahun dan telah menjadi pusat kehidupan religius, budaya, dan sosial bagi umat Muslim di Kashgar.

Masjid Id Kah memiliki arsitektur yang mencerminkan perpaduan antara gaya Islam dan tradisi lokal Uighur. Kompleks masjid ini mencakup area seluas sekitar 16.800 meter persegi. Masjid Id Kah bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya bagi komunitas Muslim Uighur. Selama berabad-abad, masjid ini telah menjadi tempat di mana tradisi Islam dipelajari, diajarkan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masjid ini juga menjadi pusat perayaan utama, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, di mana ribuan umat berkumpul untuk berdoa bersama.

Masjid Id Kah merupakan simbol identitas Muslim Uighur di wilayah Xinjiang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, masjid ini juga menjadi saksi dari ketegangan politik di wilayah tersebut, di tengah upaya pemerintah Tiongkok untuk mengontrol praktik keagamaan dan budaya lokal. Meski begitu, masjid ini tetap menjadi salah satu situs paling ikonik dan penting dalam sejarah Islam di Asia Tengah.

2. Makam Afaq Khoja, Kashgar

Makam Afaq Khoja di Kashgar adalah sebuah kompleks pemakaman yang dihormati di Xinjian, dan merupakan salah satu situs ziarah utama bagi masyarakat Uighur. Dibangun pada abad ke-17, makam ini menjadi tempat peristirahatan bagi Afaq Khoja, seorang pemimpin sufi terkenal dari tarekat Naqsyabandiyah, serta anggota keluarganya. Kompleks ini menampilkan arsitektur Islam dengan sentuhan budaya lokal Uighur, termasuk kubah besar berwarna hijau dan dinding berhias ubin keramik yang indah. Selain nilai religiusnya, makam ini juga memiliki makna historis dan budaya yang penting bagi identitas Uighur.

Afaq Khoja adalah seorang pemimpin sufi terkenal dari tarekat Naqsyabandiyah yang hidup pada abad ke-17. Dia adalah cucu dari Ahmad Kasani, yang lebih dikenal sebagai Makhdum-i-Azam, seorang tokoh sufi besar di Asia Tengah. Afaq Khoja dikenal sebagai seorang wali suci dan memiliki pengaruh besar dalam menyebarkan Islam di wilayah Uighur dan sekitarnya. Dia juga terlibat dalam politik lokal, dan pengaruhnya meluas ke berbagai aspek kehidupan masyarakat Uighur.

3. Makam Sultan Satuq Bughra Khan, Artux

Makam Sultan Satuq Bughra Khan di Artux, Xinjiang, adalah situs bersejarah yang sangat penting dalam sejarah Islam di Asia Tengah. Sultan Satuq Bughra Khan, penguasa dari Kerajaan Karakhanid pada abad ke-10, dikenal sebagai penguasa Turk pertama yang memeluk Islam. Konversinya ke Islam menjadi titik balik signifikan, karena dari sanalah Islam mulai menyebar luas di kalangan suku-suku Turk dan Asia Tengah, menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.

Arsitektur makam ini mencerminkan gaya Islam awal yang sederhana namun sakral, dengan elemen-elemen lokal yang kuat. Kompleks makam ini memiliki kubah dan motif geometris yang khas, mencerminkan perpaduan antara tradisi Islam dan budaya Turk. Terletak di lingkungan yang tenang dan dikelilingi oleh pegunungan, makam ini menawarkan suasana yang khusyuk, menjadikannya tempat ziarah yang penting bagi umat Muslim di wilayah Uighur dan sekitarnya.

Makam ini bukan hanya situs ziarah, tetapi juga simbol penting dari identitas dan warisan Islam bagi masyarakat Uighur. Bagi banyak orang, mengunjungi makam ini adalah cara untuk menghormati warisan Sultan Satuq Bughra Khan dan mengenang perannya dalam membawa Islam ke wilayah ini. Hingga kini, makam Sultan Satuq Bughra Khan tetap menjadi pusat spiritual yang dihormati dan merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya Uighur.

4. Kota Kuno Jiaohe, Turpan

Kota Kuno Jiaohe, terletak di dekat Turpan, Xinjiang, adalah situs arkeologi penting yang mencerminkan sejarah dan budaya kuno wilayah tersebut. Jiaohe, yang didirikan sekitar abad ke-2 SM, adalah salah satu kota kuno yang paling terpelihara di Asia Tengah. Kota ini terletak di tepi lembah yang kering dan dikelilingi oleh tebing, menjadikannya posisi strategis untuk pertahanan dan perdagangan di Jalur Sutra. Selama berabad-abad, Jiaohe menjadi pusat perdagangan yang penting, menghubungkan Tiongkok dengan wilayah Barat, termasuk Persia dan India.

Arsitektur kota Kuno Jiaohe menunjukkan pengaruh budaya yang beragam, mencerminkan perpaduan antara tradisi lokal dan pengaruh asing. Kota ini dirancang dengan pola grid, dengan jalan-jalan utama dan bangunan-bangunan yang dibangun dari bata tanah liat. Struktur utama yang dapat ditemukan di Jiaohe meliputi rumah-rumah, kuil-kuil, dan bangunan publik, serta sistem perairan yang kompleks untuk mengelola sumber daya air di lingkungan gurun. Ruang-ruang ini menunjukkan tingkat perencanaan urban yang canggih dan adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang keras.

Meskipun kota ini awalnya berkembang sebelum masuknya Islam ke wilayah tersebut, Jiaohe mengalami perubahan signifikan selama masa pemerintahan Kekhalifahan Umayyah dan Dinasti Tang, yang membawa pengaruh Islam ke kawasan tersebut. Saat ini, Jiaohe adalah situs warisan dunia yang penting, memberikan wawasan mendalam tentang sejarah, budaya, dan perdagangan di Jalur Sutra, serta tentang bagaimana agama dan budaya saling berinteraksi di wilayah ini selama ribuan tahun.

5. Kashgar Old Town

Kashgar Old Town, terletak di kota Kashgar, Xinjiang, adalah salah satu kawasan paling bersejarah dan kaya budaya di Asia Tengah. Sebagai pusat perdagangan utama di Jalur Sutra, Kashgar Old Town merupakan labirin jalan-jalan sempit dan berliku yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan berarsitektur tradisional Uighur. Kawasan ini dikenal dengan suasana yang autentik, di mana pasar tradisional, masjid-masjid kecil, dan rumah-rumah bergaya tradisional menyatu, menciptakan gambaran hidup tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Uighur selama berabad-abad.

Arsitektur Kashgar Old Town mencerminkan pengaruh Islam yang kuat serta adaptasi terhadap lingkungan lokal. Bangunan-bangunan di sini umumnya terbuat dari tanah liat dan batu bata, dengan desain atap datar yang cocok untuk iklim gurun. Beberapa struktur yang menonjol termasuk masjid-masjid seperti Masjid Id Kah, serta rumah-rumah dengan halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding tinggi untuk melindungi privasi. Struktur ini mencerminkan perpaduan antara tradisi arsitektur Islam dan budaya lokal Uighur.

Kashgar Old Town juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Uighur. Selama perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha, kawasan ini menjadi pusat kegiatan, dengan pasar-pasar yang ramai dan acara-acara komunitas. Namun, kawasan ini menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir akibat upaya pemerintah Tiongkok untuk modernisasi dan pembangunan ulang, yang telah mengancam keberadaan banyak bangunan bersejarah dan karakter budaya uniknya. Meski demikian, Kashgar Old Town tetap menjadi simbol penting dari warisan budaya dan sejarah Uighur.

Sumber artikel: Gun Gun Gunawan (https://retizen.republika.co.id/posts/327658/situs-situs-sejarah-islam-di-wilayah-uighur)

Post navigation

Copyright Center for Uyghur Studies - All Rights Reserved